Mengapa Kita Harus Istiqomah? Ada Dua Jawaban Yang Berbeda



Mengapa kita harus istiqomah? Jawaban yang pertama adalah karena orang yang istiqomah akan mudah melaksanakan amal kebaikan. Jawaban yang kedua adalah karena kita ingin baik di ujung hidup (husnul khotimah) Masih bingung? Begini penjelasannya

Istiqomah dalam Arti Kontinyu atau Ajeg dalam Aktivitas

Istiqomah punya dua arti. Yang pertama, istiqomah berarti ajeg dalam melakukan aktivitas. Arti ini lebih banyak digunakan dalam percakapan sehari-hari. Bila ada yang bilang, "ibadahnya istiqomah", maksudnya ibadahnya kontinu, ajeg, terus-menerus, tidak gampang naik turun. Tapi ada yang bilang, "maksiatnya istiqomah", berarti maksiatnya kontinu, ajeg, terus menerus. Ini adalah makna istiqomah dalam percakapan sehari-hari. Jadi bila ditanya mengapa harus istiqomah? Dengan kata lain, mengapa kita harus kontinu, ajeg? Jawabannya karena istiqomah menjadikan amal makin mudah. Orang yang kesulitan melaksanakan sholat lima waktu akan makin mudah bila dia istiqomah melakukannya. Bisa karena biasa kata orang. Kenapa susah, karena otot-ototnya belum terbiasa. Karena matanya belum terbiasa bangun saat subuh, sholat Shubuh masih berat. Tapi semakin rutin melaksanakan Sholat Shubuh, mata, kepala, bahkan orang yang ada di sekelilingnya akan terbiasa. Jadinya lebih mudah.
Baca juga: Tugas Kelas VII SMP yang lain

Istiqomah dalam Arti Tetap Lurus dalam Menjalankan Agama

Arti istiqomah yang kedua adalah menjalankan agama dengan lurus. Tidak mudah tertipu hawa nafsu. Hatinya tidak berpaling dari mengabdi hanya kepada Allah semata. Istiqomah ini banyak terjadi di hati. Tapi efeknya terlihat dalam kehidupan nyata. Bila orang tidak istiqomah, ia akan gampang berpaling. Suatu waktu sholat karena Allah, di waktu lain sholat karena ingin dipuji manusia. Lalu kenapa harus susah-susah istiqomah? Jawabannya adalah karena kita ingin baik di ujung hidup kita atau husnul khotimah, meninggal dalam keadaan mengabdi kepada Allah. Allah meletakkan rahasia kebaikan itu di ujung hidup hambaNya. Meski seseorang berbuat baik sepanjang hidupnya tapi diakhiri dengan maksiat di akhir, maka ia dinilai sebagai penghuni neraka (na'udzubillah min dzalik). Sementara orang yang baik di akhir hidupnya, maka ia dimasukkan sebagai ahli surga. Meskipun sebelum itu ia banyak bermaksiat kepada Allah. Karena kita tidak tahu akhir hidup kita, maka kita harus istiqomah. Tetap teguh dalam mengabdi kepada Allah. Semoga kita dipanggil Allah dalam keadaan mengabdi kepadaNya atau husnul khotimah. Aamiin. Wallahu a'lam

*catatan tambahan 
1. Hadits tentang amalan yang sedikit tapi terus menerus 
"Wahai sekalian manusia. Kerjakanlah amalan-amalan sesuai dengan kemampuan kalian. Sesungguhnya Allah tidak bosan sampai kalian bosan. Dan sungguh, amalan yang paling dicintai oleh Allah yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit." (HR.Bukhari dan Muslim). Diambil dari Republika

2. Hadits tentang Akhir hidup 
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar lagi dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kamu dihimpunkan kejadiannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, lalu berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan kepadanya ruh dan diperintahkan untuk mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka, ia pun masuk ke neraka. Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang melakukan perbuatan ahli neraka sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal sehasta, akan tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli surga, ia pun masuk ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim). Diambil dari muslim.or.id








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengapa Kita Mesti Mematuhi Hukum? Jelaskan?

Mengapa Masyarakat Senantiasa Mengalami Perubahan Sosial Budaya?

Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting pada Masa Kerajaan Sriwijaya?

Mengapa Budaya Indonesia Sangat Beraneka Ragam?

Mengapa Bangsa Eropa Berhasrat Memonopoli Perdagangan Rempah-Rempah?

Mengapa Indra Perasa Bukan Pengukur Suhu yang Andal?

Mengapa Manusia Harus Melakukan Kerjasama dalam Memenuhi Kebutuhan Hidupnya?

Mengapa Manusia Diwajibkan Ikhtiar? Bagaimana dengan Takdir?

Mengapa Al Quran Disebut sebagai Kitab yang Bersifat Universal