Mengapa Pemerintahan Hindia Belanda Melaksanakan Tanam Paksa
Alasan mengapa Pemerintahan Hindia Belanda melaksanakan Tanam
Paksa adalah untuk menghindari kebangkrutan. Tanam paksa berarti petani di Jawa
harus menanam tanaman yang diperintahkan, lalu hasilnya harus dijual ke Hindia Belanda
dengan harga yang mereka tetapkan.
Keuntungan yang berlipat-lipat jelas didapatkan oleh
pemerintah Kerajaan Belanda ketika itu. Bahkan tidak sampai satu tahun, neraca
keuangannya stabil dengan sistem tanam paksa. Tanam paksa dilaksanakan di Pulau
Jawa tahun 1830. Secara tulisan, memang tidak besar hanya 20% lahan pertanian
penduduk yang wajib ditanami komoditi yang ditetapkan. Praktiknya, bisa sampai
100%
Biaya Perang yang Besar
Ditangkapnya Pangeran Diponegoro |
Belanda nyaris bangkrut ada dua sebab. Pertama, besarnya biaya perang yang besar dan kedua, berpisahnya Belgia dari Kerajaan Belanda.
Biaya
perang yang besar di sini adalah biaya Perang Jawa (Diponegoro) dan Perang Padri (Tuanku Imam
Bonjol). Keduanya terjadi sangat berdekatan. Perang Jawa terjadi dari tahun
1825-1830. Sementara Perang terjadi dari tahun 1830-1837.
Dua perang besar ini benar-benar menguras kas Kerajaan Belanda.
Meskipun pajak sudah ditetapkan di negara jajahan, tetap saja pajak ini tidak
mampu mengimbangi biaya perang.
Berdirinya Kerajaan Belgia
Revolusi Belgia, berpisah dari Belanda |
Sebelumnya Belgia adalah bagian dari Kerajaan Belanda. Namun
ada perbedaan. Secara umum orang Belanda berada di daerah utara, sementara orang
Belgia di bagian selatan.
Secara umum alasan berpisahnya Belgia
ditengarai adalah karena perbedaan keyakinan. Orang Belgia menganut Katolik
Roma, sementara orang Belanda adalah Protestan. Tapi di samping perbedaan
keyakinan juga ada perbedaan perlakuan.
Di antara perbedaan perlakuan itu antara lain, jumlah
perwakilan Belgia lebih kecil di banding Belanda di pemerintahan. Sebagian besar
kantor dan fasilitas publik ada di wilayah utara (Belanda) tapi beban pajak
antara utara dan selatan disamakan.
Yang lebih parah, adalah beban hutang. Karena kantor dan
fasilitas publik banyak di daerah utara, maka bisnis, pemerintahan dan
lain-lain berpusat di utara. Tapi saat kerajaan Belanda punya hutan sebesar
1,25 juta gulden, ternyata bagian utara hanya dibebani 100 ribu gulden. Sisanya?
Yang wajib bayar adalah bagian selatan.
Ketidakadilan ini pun berujung pada berpisahnya Belgia
(selatan) dari Belanda. Akhirnya hutang 1,25 juta gulden pun jatuh ke Kerajaan
Belanda.
Sistem Tanam Paksa
Johannes Van Den Bosch
Menghadapi hutang yang besar, salah seorang Gubernur
Jenderal yang baru ditunjuk, Johannes Van Den Bosch membuat gebrakan. Ia berniat
mengeksploitasi sumber daya dari jajahan Belanda. Salah satunya adalah Pulau Jawa.
Dalam sistem tanam paksa, penduduk yang punya lahan wajib
menyediakan 20% lahannya untuk ditanami komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah.
Saat panen, hasilnya harus dijual ke Belanda dengan harga yang ditetapkan
Belanda.
Bagi warga yang tidak punya lahan, maka mereka wajib bekerja
di kebun-kebun Belanda selama 66 hari dalam setahun. Tapi ini aturan dalam
kertas. Yang terjadi tidak seperti itu.
Tidak jarang, warga yang punya lahan harus menanami lahannya
100% berdasarkan komoditas yang ditentukan Belanda. Sementara yang tidak punya
lahan seringkali harus bekerja sepanjang tahun. Hal ini menyebabkan tidak ada
lagi tanaman pangan yang bisa ditanam. Hasilnya banyak terjadi kelaparan dan
kematian.
Belanda banyak meraih keuntungan, sedangkan penduduk Jawa
yang bekerja keras sepanjang tahun mati kelaparan. Benar-benar fakta yang
membuat marah.
Itu tadi jawaban pertanyaan mengapa Pemerintahan Hindia Belanda melaksanakan tanam paksa. Semoga tidak ada lagi penjajahan di muka bumi.
Komentar
Posting Komentar