Mengapa Berbagai Bentuk Perlawanan Terhadap Belanda Sering Mengalami Kegagalan?
Karena perlawanan ini terpisah-pisah tiap daerah. Tidak ada koordinasi dan persatuan antara daerah yang melawan dengan daerah lain.Masih bingung dengan jawabannya? Berikut contoh dan penjelasannya.
Contoh Perlawanan Belanda yang Sendiri-Sendiri
Misal, Surabaya dikuasai Belanda. Sementara Belanda tidak hanya menguasai Surabaya. Belanda juga menguasai Mojokerto, Sidoarjo, Gresik dan Bangkalan. Keempat daerah ini mengelilingi Surabaya.
Bila orang Surabaya melawan Belanda, orang Surabaya tidak melawan Belanda yang di Surabaya saja. Belanda yang ada di empat daerah sekitar Surabaya juga tidak tinggal diam. Maka orang Surabaya bagaikan melawan 5 daerah.
Kalaupun itu belum cukup, Belanda di empat daerah sekitar Surabaya bisa mengerahkan penduduk di Sidoarjo, Gresik, Mojokerto dan Bangkalan untuk ikut melawan orang Surabaya. Kalau ini terjadi berarti yang dihadapi adalah 5 Belanda dan 4 daerah lain.
Beda bila orang Surabaya juga bersatu dan bekerja sama dengan 4 daerah di sekitarnya. Bila Surabaya, Mojokerto, Gresik, Sidoarjo dan Bangkalan sepakat untuk melawan Belanda di waktu yang sama, Belanda akan kesulitan mematahkan perlawanan.
Kekuatan Belanda di daerah masing-masing akan disibukkan dengan perlawanan. Tidak ada kesempatan untuk bisa membantu Belanda di daerah yang lain.
Baca juga: Tugas Kelas VII SMP yang lain
Lalu Mengapa tidak Bersatu Dari Dulu?
Masih ingat taktik devide at impera? Dulu penguasa daerah adalah kerajaan. Dalam kerajaan terkadang ada perebutan kekuasaan antara raja dan keluarga raja. Atau ada juga kasus di mana ada pihak pemberontak yang tidak senang dengan kekuasaan raja.Belanda tahu betul kondisi ini. Mereka di satu sisi terlihat bersahabat dengan raja yang berkuasa. Tapi di sisi lain, akan mendukung pemberontakan atau kudeta dari keluarga raja yang lain.
Apa tujuan Belanda melakukan hal ini? Untuk melemahkan kekuasaan atau mengambil kekuasaan. Karena ketika mendukung pemberontakan atau kudeta, Belanda pasti mengadakan perjanjian dengan pemberontak atau pelaku kudeta. Isi perjanjiannya adalah bila mereka berhasil, Belanda harus mendapatkan sebagian kekuasaan.
Taktik ini tidak hanya berlaku satu kali. Bila pemberontak atau pelaku kudeta berhasil, Belanda akan mendekati pihak raja yang digulingkan untuk melakukan perjanjian mendukung pemberontakan ulang. Bisa dibayangkan betapa liciknya Belanda memecah belah kekuatan kerajaan di Nusantara.
Dan kerajaan yang besar, di akhir cerita akan jadi semakin kecil dan pecahannya enggan bersatu. Sementara Belanda di pihak lain sudah memiliki kekuatan untuk mengatur kerajaan-kerjaan kecil ini.
Komentar
Posting Komentar